Sabtu, 06 April 2013

Sore yang Menenangkan

Selamat sore wanita yang dibangkitkan bayangannya dirintik hujan dan genangan air setelahnya.

Sedingin inikah kita? Yang jika siang enggan memandang dan menjelang hujan diselimuti kerinduan? Lalu jika malam menggelanyut, beberapa kalimat kalut ditebar dalam ramainya kalimat serupa di lini masa.

Ah, mungkin hanya dipihakku yang melakukannya. Entah apakah wahai engkau wanita merasakan hal yang sama?atau ini hanya fatamorganaku di tengah oase gersangnya cinta paska disapu takdir sebelumnya.

Sekuat apa daun mempertahankan posisinya menjadi mahkota dahan, lambat laun angin dan gravitasi jugalah menurunkan tahtanya tersebut. Seperti keangkuhanku dalam situasi cinta ini, suatu saat dimana aku telah menemukan angin dan gravitasi untuk membumi, aku ingin menyanjungmu menjadi sebagai yang terindah dikumpulan berlian yang berkerlap-kerlip memancarkan kemewahannya.

Wahai wanita yang dipancarkan atasmu cahaya, jagalah hatimu bukan untukku ataupun untuk kita. Kita hanya serumput hijau yang tak berdaya jika dipertemukan badai, yang merunduk saat pagi menitipkan embun di kepala kita, yang menerima kehausan jika kemarau melanda. Maka menjaga hati adalah untuk diri sendiri, agar jika embun yang berbeda dititipkan, kita tak pekat dalam sesal mendalam. Dan seandainya embun yang didamba adalah yang dipertemukan, sesungguhnya syukur atas semuanya dengan tetap menunduk dan bersujud.

Wahai wanita yang dilembutkan akhlaknya, biar sore ini menjadi canda dalam keheningan. Menjadi perbincangan hati kita yang enggan diwakilkan tutur kalimat sua. Aku mencintaimu namun tak dalam kedalaman samudra, namun jika diperkenankan alam ku menyelam..aku akan menyelami dalamnya cinta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar